Air sebagai sumber kehidupan memiliki
arti penting dan fungsi vital dalam menunjang keberlangsungan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan
sumberdaya air secara bijak dengan mempertimbangkan nilai-nilai kearifan lokal
yang telah ada pada suatu daerah dipandang perlu untuk tetap dipelihara dan
dilestarikan baik yang bersumber dari dalam kawasan hutan maupun dari luar
kawasan hutan.
Desa Aik Bual
Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah merupakan Desa yang terletak di kaki
Gunung Rinjani yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan di gugusan Gunung
Rinjani yang merupakan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Renggung di Kabupaten
Lombok Tengah, memiliki potensi sumberdaya hutan lindung seluas 430 hektar.
Disamping potensi sumberdaya ekosistem yang ada seperti vegetasi berbagai jenis
pohon, satwa, potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) diantaranya Bambu, Aren dan
jenis HHBK lainnya. Potensi sumberdaya air yang cukup melimpah dengan beberapa
titik mata air diantaranya Mata Air Nyeredep dan Mata Air Embung Bual yang
mampu mensupply kebutuhan air untuk wilayah tengah dan hilir DAS Renggung di
Kabupaten Lombok Tengah, baik itu untuk pemanfaatan air irigasi. Mengingat arti
pentingnya kelestarian sumberdaya air tersebut, diperlukan adanya upaya-upaya
rehabilitasi dan konservasi berkelanjutan dimasa mendatang sebagai langkah
strategi pelestarian sumberdaya air.
Hal itulah
yang menjadi landasan dasar yang mendorong sekumpulan pemuda di Desa Aik Bual
untuk membentuk sebuah Komunitas Perlindungan Mata Air (PERMATA) sebagai wadah
yang memiliki kepedulian serius untuk melakukan beberapa aktivitas penting
dalam rangka mendorong tumbuhnya kesadaran dan rasa empati terhadap kelestarian
lingkungan hidup sejak dini. Aktivitas konservasi yang telah dilakukan oleh
Komunitas PERMATA saat ini lebih terfokus pada penataan dan memelihara kawasan
Embung Bual yang memiliki 2 titik mata
air didalam embung yang memiliki luas sekitar 1,2 hektar dan terdapat kawasan
hutan disekitar embung seluas 2,8 hektar, sehingga luas keseluruhan kawasan Embung
Bual sekitar 4 hektar. Debit air dari Embung Bual cukup besar dan tidak pernah
kering sepanjang tahun, mengalir melalui saluran irigasi dengan fungsi
pemanfaatan untuk sektor pertanian disekitarnya dan wilayah-wilayah lainnya di
Kabupaten Lombok Tengah.
Sopian Sauri
(30 tahun), selaku ketua Komunitas PERMATA Desa Aik Bual menyampaikan bahwa: “
Kedepan potensi yang dimiliki oleh Embung Bual akan diorientasikan pada
pengembangan sebagai Obyek Agroekowisata yang berbasis wisata keluarga dan
pendidikan, dimana keluarga atau siapa saja pengunjung yang datang ke kawasan
Embung Bual akan dapat menikmati keindahan alam yang ada, memasak atau
memanggang ikan dan makan bersama keluarga dengan memancing ikan terlebih
dahulu karena di dalam embung telah disiapkan ikan, dan disamping itu juga sebagai
kawasan pendidikan anak usia dini untuk mengenal jenis tanaman dan ekosistem
yang ada disini”.
Pada tahun
2008 berdasarkan penilaian dan lomba yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Nusa
tenggara Barat, Embung Bual meraih predikat juara III tingkat provinsi. Saat
itu Desa Aik Bual masih bergabung dengan Desa Wajageseng.
Selain itu, nilai
kearifan lokal yang telah ada sebelumnya akan digalakkan kembali di Embung Bual
diantaranya akan diagendakan ritual “Selametan”
yang dilakukan di sekitar embung sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT
atas limpahan rezeki dari hasil pertanian yang pengairannya bersumber dari
embung, disamping itu dengan ritual tersebut adalah sebagai bentuk pengharapan
semoga air yang keluar dari titik mata air semakin besar dan kelestarian air
selalu tetap terjaga dimasa mendatang. Selanjutnya akan dirangkai dengan acara “Begerase” yakni menangkap ikan
beramai-ramai di embung oleh masyarakat sekitar dan pengunjung dari daerah lain
dengan menggunakan peralatan seadanya dengan terlebih dahulu mengurangi air
embung. Event ini dilakukan pada akhir
musim hujan atau awal musim kemarau pada setiap tahunnya
No comments:
Post a Comment