Praktek Agroforestri Dalam Pengelolaan Kawasan oleh Masyarakat Sekitar Hutan Aik Bual
Agroforestri merupakan sistem pengelolaan lahan dengan memadukan tanaman semusim, tanaman buah-buahan, tanaman kayu-kayuan maupun ternak, untuk mendapatkan hasil yang optimal dan berkelanjutan, dan sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan. Pengelolaan agroforestri cenderung akan selalu berkaitan dengan pengetahuan lokal petani yang terbentuk secara turun temurun. Pengetahuan lokal ini didapat dari pengalaman bertani/berkebun dan berinteraksi dengan lingkungannya dan bersifat dinamis karena dapat dipengaruhi oleh teknologi dan informasi eksternal. Proses pengelolaan lahan yang dilakukan petani tidak terlepas dari pengetahan lokal petani baik dalam perencanaan lahan, pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain sesuai dengan kondisi sosial budaya dan namun sistem pengetahuan dan pengelolaan lahan ini selalu tumbuh dan berkembang. Dinamisasi pengetahuan sebagai suatu proses sangat berpengaruh pada corak pengelolaan sumberdaya alam. Dalam aktifitas pengelolaan lahan terdapat aturan lokal atau yang biasanya disebut dengan awig-awig. Aturan lokal tersebut merupakan norma yang disepakati oleh kelompok yang memuat perintah, larangan dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran yang terjadi. Muatan aturan lokal di setiap kelompok berbeda tergantung kesepakatan kelompok serta kondisi sosial budaya masyarakat.
Pengetahuan
Petani Dalam Pengelolaan Lahan Di Kawasan Hutan
Petani di sekitar Kawasan Hutan Aik Bual menerapkan beberapa pola agroforestri
yang dikembangkan berdasarkan pengetahuan, kebutuhan, serta prospek pasar di
desa tersebut. Pola yang dibangun mengkombinasikan tanaman tahunan, buah-buahan
serta tanaman pangan dengan pertimbangan tertentu. Hal ini berkaitan dengan
karakteristik lahan masing-masing lokasi. Saat ini petani sudah mulai
menerapkan sistem agroforestri sederhana atau yang dikenal dengan farm based
agroforest dengan penanaman sistem lorong (alley
cropping). Agroforestri ini mengkombinasikan tanaman tahunan, MPTS serta tanaman
semusim dengan komposisi tanaman semusim lebih dominan dari tanaman kayu-kayuan
dan MPTs. Hal ini dirasakan penting untuk meningkatkan produktivitas lahan
terutama mendukung ketersediaan pangan dalam pemenuhan kebutuhan petani.
Perencanaan
Kombinasi Tanam
Komoditas pertanian yang dikembangkan
oleh petani terdiri dari tanaman semusim. Tanaman pangan tersebut umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.
Tanaman yang pangsa pasarnya bagus dan bernilai ekonomi cukup tinggi adalah
tanaman pisang, durian, kopi, kakao, sehingga diandalkan oleh petani sebagai
penghasil uang. Berkaitan dengan proses penanaman, tanaman pangan berupa
palawija tersebut ditanam dengan mengandalkan pasokan dari air hujan sebagai
pemasok kebutuhan tanaman dengan pola tanam 1 kali dalam setahun.
Pengolahan
lahan
Pengolahan lahan di kawasan oleh
masyarakat sekitar hutan Aik Bual masih bersifat tradisional. Proses pengolahan
tanah biasanya dilakukan satu kali dalam setahun tepatnya pada awal musim hujan
sekaligus membersihkan lahan sehingga siap untuk ditanami. Dilihat dari segi
luas lahan, petani yang memiliki lahan yang luas (> 0,5 Ha) biasanya
mempekerjakan orang lain (tenaga kerja luar keluarga). Sedangkan petani yang
memiliki lahan sempit (< 0,5 Ha), pengolahan tanahnya dilakukan sendiri oleh
petani yang dibantu oleh anggota keluarganya (tenaga kerja dalam keluarga).
Pengolahan tanah dilakukan 1-2 kali setahun pada awal musim hujan.
Penanaman
Pola tanam yang dikembangkan oleh
petani tidak terlepas dari ketersediaan air dalam pemenuhan kebutuhan tanaman.
Dari hasil identifikasi pola tanam, petani masih menerapkan kombinasi tanaman tahunan
dan tanaman musiman dengan pertimbangan hasil yang didapatkan dari tanaman
tahunan dapat memberikan penghasilan jangka panjang yang lebih besar sedangkan
tanaman MPTs dan buah-buahan yang ditanam yaitu kopi, pisang, durian yang diharapkan
memberikan kontribusi untuk rumah tangga karena dapat dipanen 2-3 kali dalam
setahun. Secara khusus, pola tanam tidak secara jelas terlihat karena petani
lebih tertarik menanam tanaman MPTs dan Buah yang waktu produksinya lebih dari
6 bulan.
Pemeliharaan
Proses pemeliharaan lahan
diistilahkan dengan “ngawas”
(membersihkan lahan dari rerumputan dan semak hanya dengan menghilangkan batang
dan daunnya) dan biasanya dilakukan 2-3 kali dalam setahun. Selain itu, juga
dilakukan “ngasor” yaitu membersihkan
tanaman dan semak dengan menghilangkan hingga akar) biasanya ngasor ini
dilakukan oleh petani satu kali dalam setahun yaitu pada akhir musim hujan
sehingga tanaman yang dibersihkan tersebut tidak cepat tumbuh lagi. Bagi petani
yang memiliki lahan sempit (<0,5 Ha) pemeliharaan lahan dilakukan secara berkala
dan dilakukan sendiri oleh petani terutama pada lahan dengan sistem tumpang
sari. Pemeliharaan petani yang sangat kurang menyebabkan tanaman tidak terawat.
Sistem Agroforestri kebun campuran yang dikembangkan dengan kombinasi tanaman
kayu-kayuan dan MPTs telah menunjukkan strata yang baik tetapi jarak tanam yang
terlalu padat kurang baiknya pertumbuhantanaman. Berdasarkan observasi
lapangan, strata tanaman. Pengetahuan petani terhadap pengaturan strata tanaman
belum cukup baik khususnya untuk lahan yang memiliki kepadatan tanaman yang
cukup tinggi. Salah satu upaya pemeliharaan tanaman yang baik yaitu menjaga
distribusi cahaya matahari antara satu strata dengan yang lainnya. Penggunaan
sarana produksi seperti obat-obatan sebagai pengendali hama dan penyakit
umumnya masih sangat minim dilakukan. Dalam pengendalian gulma, petani biasanya
melakukan penyiangan tanaman 2-3 kali dalam setahun dengan cara tradisional
seperti menggunakan sabit dan penggunaan rondap (obat pembunuh gulma).
Penyemprotan dengan rondap ini membutuhkan waktu lebih cepat sehingga lebih
banyak digunakan oleh petani walaupun memiliki efek negatif pada tanah. Selain
penanaman dan penyiangan, umumnya petani sangat jarang melakukan pemupukan pada
lahan garapannya karena kondisi tanahnya yang memang sudah subur dengan unsur
hara yang berasal dari seresah daun tanaman tahunan dan MPTs. Penggunaan pupuk
hanya terbatas pada jenis tanaman seperti durian untuk meningkatkan produksi
buah dengan pemberian pupuk kandang.
Pemanenan
Musim panen antara bulan
Maret-April. Bulan tersebut menurut masyarakat sebagai puncak musim panen
buah-buahan yang ada di kawasan hutan. Hasil panen biasanya dijual ke pasar
secara sendiri-sendiri dan untuk beberapa jenis buah-buahan terkadang pengepul
dari luar kampung datang membeli secara borongan. Proses pemanenan hasil kebun dilakukantergantungpada
komoditi yang dikembangkan. Penjualanproduksibiasanya dilakukan dengan
menggunakan sistem borongan terutama untuk tanaman MPTs seperti durian, kopi,
dan kelapa dimana petani telah memiliki hubungan jual beli denganpedagangditingkat
desa/dusun. Selain itu, tanaman lain seperti pisang yang sifat produksinya
tidak serempak, biasanya petani menjual langsung ke pedagang (tengkulak). Hal
ini dilakukan karena apabila menjualnya ke pasar, petani akan dibebankan oleh
biaya transportasi yang cukup mahal karena akses jalan ke pasar cukup jauh
sehingga petani lebih memilih menjual ke pedagang pengumpul walaupun dengan
harga yang lebih murah. Selain tanaman MPTs, tanaman pangan yang dihasilkan seperti
ubi kayu, ubi jalar, jagung, talas, dan tanaman pangan lainnya lebih banyak
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
No comments:
Post a Comment