Monday, August 24, 2015

Praktek Agroforestri Dalam Pengelolaan Kawasan oleh Masyarakat Sekitar Hutan Aik Bual


Praktek Agroforestri Dalam Pengelolaan Kawasan oleh Masyarakat Sekitar Hutan Aik Bual


Agroforestri merupakan sistem pengelolaan lahan dengan memadukan tanaman semusim, tanaman buah-buahan, tanaman kayu-kayuan maupun ternak, untuk mendapatkan hasil yang optimal dan berkelanjutan, dan sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan. Pengelolaan agroforestri cenderung akan selalu berkaitan dengan pengetahuan lokal petani yang terbentuk secara turun temurun. Pengetahuan lokal ini didapat dari pengalaman bertani/berkebun dan berinteraksi dengan lingkungannya dan bersifat dinamis karena dapat dipengaruhi oleh teknologi dan informasi eksternal. Proses pengelolaan lahan yang dilakukan petani tidak terlepas dari pengetahan lokal petani baik dalam perencanaan lahan, pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain sesuai dengan kondisi sosial budaya dan namun sistem pengetahuan dan pengelolaan lahan ini selalu tumbuh dan berkembang. Dinamisasi pengetahuan sebagai suatu proses sangat berpengaruh pada corak pengelolaan sumberdaya alam. Dalam aktifitas pengelolaan lahan terdapat aturan lokal atau yang biasanya disebut dengan awig-awig. Aturan lokal tersebut merupakan norma yang disepakati oleh kelompok yang memuat perintah, larangan dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran yang terjadi. Muatan aturan lokal di setiap kelompok berbeda tergantung kesepakatan kelompok serta kondisi sosial budaya masyarakat.

Pengetahuan Petani Dalam Pengelolaan Lahan Di Kawasan Hutan

Petani di sekitar Kawasan Hutan  Aik Bual menerapkan beberapa pola agroforestri yang dikembangkan berdasarkan pengetahuan, kebutuhan, serta prospek pasar di desa tersebut. Pola yang dibangun mengkombinasikan tanaman tahunan, buah-buahan serta tanaman pangan dengan pertimbangan tertentu. Hal ini berkaitan dengan karakteristik lahan masing-masing lokasi. Saat ini petani sudah mulai menerapkan sistem agroforestri sederhana atau yang dikenal dengan farm based agroforest dengan penanaman sistem lorong (alley cropping). Agroforestri ini mengkombinasikan tanaman tahunan, MPTS serta tanaman semusim dengan komposisi tanaman semusim lebih dominan dari tanaman kayu-kayuan dan MPTs. Hal ini dirasakan penting untuk meningkatkan produktivitas lahan terutama mendukung ketersediaan pangan dalam pemenuhan kebutuhan petani.


Perencanaan Kombinasi Tanam

Komoditas pertanian yang dikembangkan oleh petani terdiri dari tanaman semusim. Tanaman pangan tersebut umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Tanaman yang pangsa pasarnya bagus dan bernilai ekonomi cukup tinggi adalah tanaman pisang, durian, kopi, kakao, sehingga diandalkan oleh petani sebagai penghasil uang. Berkaitan dengan proses penanaman, tanaman pangan berupa palawija tersebut ditanam dengan mengandalkan pasokan dari air hujan sebagai pemasok kebutuhan tanaman dengan pola tanam 1 kali dalam setahun.

Pengolahan lahan

Pengolahan lahan di kawasan oleh masyarakat sekitar  hutan Aik Bual  masih bersifat tradisional. Proses pengolahan tanah biasanya dilakukan satu kali dalam setahun tepatnya pada awal musim hujan sekaligus membersihkan lahan sehingga siap untuk ditanami. Dilihat dari segi luas lahan, petani yang memiliki lahan yang luas (> 0,5 Ha) biasanya mempekerjakan orang lain (tenaga kerja luar keluarga). Sedangkan petani yang memiliki lahan sempit (< 0,5 Ha), pengolahan tanahnya dilakukan sendiri oleh petani yang dibantu oleh anggota keluarganya (tenaga kerja dalam keluarga). Pengolahan tanah dilakukan 1-2 kali setahun pada awal musim hujan.

Penanaman

Pola tanam yang dikembangkan oleh petani tidak terlepas dari ketersediaan air dalam pemenuhan kebutuhan tanaman. Dari hasil identifikasi pola tanam, petani masih menerapkan kombinasi tanaman tahunan dan tanaman musiman dengan pertimbangan hasil yang didapatkan dari tanaman tahunan dapat memberikan penghasilan jangka panjang yang lebih besar sedangkan tanaman MPTs dan buah-buahan yang ditanam yaitu kopi, pisang, durian yang diharapkan memberikan kontribusi untuk rumah tangga karena dapat dipanen 2-3 kali dalam setahun. Secara khusus, pola tanam tidak secara jelas terlihat karena petani lebih tertarik menanam tanaman MPTs dan Buah yang waktu produksinya lebih dari 6 bulan.



Pemeliharaan

Proses pemeliharaan lahan diistilahkan dengan “ngawas” (membersihkan lahan dari rerumputan dan semak hanya dengan menghilangkan batang dan daunnya) dan biasanya dilakukan 2-3 kali dalam setahun. Selain itu, juga dilakukan “ngasor” yaitu membersihkan tanaman dan semak dengan menghilangkan hingga akar) biasanya ngasor ini dilakukan oleh petani satu kali dalam setahun yaitu pada akhir musim hujan sehingga tanaman yang dibersihkan tersebut tidak cepat tumbuh lagi. Bagi petani yang memiliki lahan sempit (<0,5 Ha) pemeliharaan lahan dilakukan secara berkala dan dilakukan sendiri oleh petani terutama pada lahan dengan sistem tumpang sari. Pemeliharaan petani yang sangat kurang menyebabkan tanaman tidak terawat. Sistem Agroforestri kebun campuran yang dikembangkan dengan kombinasi tanaman kayu-kayuan dan MPTs telah menunjukkan strata yang baik tetapi jarak tanam yang terlalu padat kurang baiknya pertumbuhantanaman. Berdasarkan observasi lapangan, strata tanaman. Pengetahuan petani terhadap pengaturan strata tanaman belum cukup baik khususnya untuk lahan yang memiliki kepadatan tanaman yang cukup tinggi. Salah satu upaya pemeliharaan tanaman yang baik yaitu menjaga distribusi cahaya matahari antara satu strata dengan yang lainnya. Penggunaan sarana produksi seperti obat-obatan sebagai pengendali hama dan penyakit umumnya masih sangat minim dilakukan. Dalam pengendalian gulma, petani biasanya melakukan penyiangan tanaman 2-3 kali dalam setahun dengan cara tradisional seperti menggunakan sabit dan penggunaan rondap (obat pembunuh gulma). Penyemprotan dengan rondap ini membutuhkan waktu lebih cepat sehingga lebih banyak digunakan oleh petani walaupun memiliki efek negatif pada tanah. Selain penanaman dan penyiangan, umumnya petani sangat jarang melakukan pemupukan pada lahan garapannya karena kondisi tanahnya yang memang sudah subur dengan unsur hara yang berasal dari seresah daun tanaman tahunan dan MPTs. Penggunaan pupuk hanya terbatas pada jenis tanaman seperti durian untuk meningkatkan produksi buah dengan pemberian pupuk kandang.

Pemanenan

Musim panen antara bulan Maret-April. Bulan tersebut menurut masyarakat sebagai puncak musim panen buah-buahan yang ada di kawasan hutan. Hasil panen biasanya dijual ke pasar secara sendiri-sendiri dan untuk beberapa jenis buah-buahan terkadang pengepul dari luar kampung datang membeli secara borongan. Proses pemanenan hasil kebun dilakukantergantungpada komoditi yang dikembangkan. Penjualanproduksibiasanya dilakukan dengan menggunakan sistem borongan terutama untuk tanaman MPTs seperti durian, kopi, dan kelapa dimana petani telah memiliki hubungan jual beli denganpedagangditingkat desa/dusun. Selain itu, tanaman lain seperti pisang yang sifat produksinya tidak serempak, biasanya petani menjual langsung ke pedagang (tengkulak). Hal ini dilakukan karena apabila menjualnya ke pasar, petani akan dibebankan oleh biaya transportasi yang cukup mahal karena akses jalan ke pasar cukup jauh sehingga petani lebih memilih menjual ke pedagang pengumpul walaupun dengan harga yang lebih murah. Selain tanaman MPTs, tanaman pangan yang dihasilkan seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, talas, dan tanaman pangan lainnya lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

No comments:

Post a Comment