Saturday, April 22, 2017

BEKERASE; Dari Embung Bual untuk Nusa Tenggara Barat

(Catatan dari Festival Tahunan “Pesta Rakyat Bekerase Embung Bual”)


AIK BUAL, 23 Oktober 2016 -  Puncak rangkaian Bekerase yang dilaksanakan di Embung Bual, Desa Aik Bual Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah yang merupakan event tahunan yang diagendakan oleh Masyarakat Aik Bual dengan Pemerintah Desa Aik Bual, Komunitas Perlindungan Mata Air (PERMATA), Komunitas Peduli Wisata (KOMPAST) dan parapihak yang terlibat dalam pelaksanaannya. Hadir pada event Bekerase ini adalah Bapak Asisten  II Bidang Prekonomian dan Pembangunan  L. Gita Aryadi mewakili Gubernur Provinsi NTB, HM. Suhaili FT  Bupati Lombok Tengah, Pimpinan Pondok Pesantren  Nurul Haramain NW  Narmada  TGH. Hasanain Djuaini, Lc, MH., Kepala Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) DR. R. Agus Budi Santoso, S.Hut,. M.Sc., Dinas Kehutanan Provinsi NTB,  BPDAS-DMS, Instansi Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, dan Parapihak terkait dari unsur LSM/NGO yang melakukan program kegiatan di Desa Aik Bual dan sekitarnya, Perguruan Tinggi, Komunitas Seniman NTB, dan stakeholder lainnya. Bekerase atau pembersihan embung merupakan agenda tahunan secara rutin dilakukan dengan menguras air embung  dan menangkap ikan secara besama-sama oleh masyarakat Desa Aik Bual dan sekitarnya.

TGH. Hasanain Djuaini dalam penyampaian Tausiyah Lingkungan menyampaikan bahwa baru kali ini mengetahui ada acara begitu bagusnya yang dinamakan Bekerase  dan  merupakan suatu kreasi, tradisi dan budaya masyarakat Sasak. Ini acara kelas internasional yang tidak dimiliki oleh Desa-Desa lain di Pulau Lombok tutur beliau. Sebelum penyampaian Tausiyah Lingkungan TGH. Hasanain Djuaini  mengajak masyarakat untuk melanjutkan “Lelakaq Sasak” atau pantun Sasak, siapa saja yang bisa melanjutkan dengan benar pantun Sasak tersebut akan mendapat hadiah Rp.50ribu. Lelakaq sasak pertama: “ Puyung Praya Penujak Batu Jai......”. Dijawab dengan benar oleh seorang Kakek dari group musik yang hadir diacara tersebut dengan jawaban: “Puyung Praya Penujak Batu Jai,  Kaji Nunas Tulung Allah Ta’ala Panjakne Kepusaq Endeq Tao Lai” dan disambut dengan pekikan “Allahuakbar” oleh TGH Hasanain Djuaini dan tepuk tangan riuh masyarakat di sekitar Embung Bual. Lelakaq Sasak kedua dan ketiga juga dijawab dengan benar oleh masyarakat yakni Lelakaq Sasak selengkapnya yang berbunyi; “ Kadal nongak leq Kesambiq, Benang Kataq Setakilan...., Te Ajah Onyaq Endeqna Matiq, Payu Salaq Kejarian”.  Selanjutnya Lelakaq Sasak ketiga adalah” Belisaq Bawon Batu, Wah te ceritak endeq nyadu”. Dan yang berhasil menjawab mendapat hadiah langsung masing-masing Rp.50ribu dari Tuan Guru.

Mengutip Firman  Allah SWT dalam Al-Qur’an; “ Dialah Allah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari tanah dan memerintahkanmu untuk melestarikannya”. Selanjutnya Pesan Rasulullah SAW; “Onyaq-onyaq entan kamu idup leq bawon dunie sengaq gumi dunie senuq ibarat Inaq”. (Hati-Hati caranya kamu hidup diatas dunia, sebab bumi itu ibarat Ibu). Bagaimana kita menyayangi Ibu begitulah kita menyayangi  bumi.  Tuan Guru Hasanain dalam kesempatan tersebut juga mengajak masyarakat Aik Bual memulai dari Embung Bual untuk bersuara kepada dunia, mengatakan kepada dunia bahwa; “Kami masyarakat di Embung Bual mendeklarasikan sebagai hamba Allah SWT yang menyayangi bumi, mencintai bumi, menghormati bumi, memuliakan bumi, dan melalui acara ini kita katakan kepada dunia bahwa inilah cara Kami mencitai, memuliakan bumi Kami dan sekaligus inilah cara kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi kita bumi yang indah”, pekik  Tuan Guru Hasanain dengan suara bergetar dan penuh semangat di hadapan ribuan masyarakat yang hadir di sekitar Embung Bual. Lebih lanjut, Tuan Guru  juga menyampaikan bahwa: “Hari ini adalah hari yang berkesan dan menjadi awal bagi kita untuk menyambut gerakan dunia untuk menyelamatkan hutan-hutan kita yang masih tersisa dengan memekikkan ucapan “Allahuakbar” disambut meriah oleh warga masyarakat di Embung Bual. Di akhir Tausyiah Lingkungan TGH Hasanain menyampaikan ucapan; “Selamat Bekerase, Semoga Allah SWT menurunkan rahmat dan maghfirah-Nya untuk kita semua,  Embung Bual semakin makmur di masa-masa yang akan datang”.

Sambutan Bapak Bupati Lombok Tengah, HM. Suhaili FT menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada TGH. Hasanain Djuaini atas Tausiyah Lingkungan yang luar biasa kepada masyarakat Aik Bual dan mengapresiasi kedatangan beliau dari Narmada-Lombok Barat demi rasa “Tunah” atau kangen beliau kepada masyarakat Aik Bual dengan memberikan Tausiyah Lingkungan yang luar biasa dan kedalaman makna dari penyampaian beliau tentang  bahgaimana menjaga lingkungan. Lanjut beliau bahwa  Tuan Guru Hasanain tidak hanya dikenal di NTB saja, tetapi sudah terkenal di tingkat Nasional dan bahkan  Internasional, beliau adalah salah satu Tokoh lingkungan yang mendapat penghargaan di tingkat dunia (Ramon Mangsasay) atas ikhtiar beliau untuk mengajak masyarakat melestarikan lingkungan dan hutan.  Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada rekan-rekan dari Lembaga Pemerhati Lingkungan diantaranya Lembaga GAIA (Gaia Eko Daya Buana), WWF (Word Wide Found for Nature), Kemitraan-Samanta, Konsorsium Hijau dan BHAKTI atas komitmen dan perhatiannya bersama masyarakat untuk menjaga lingkungan hidup di sekitar wilayah Batukliang Utara dan Kecamatan Kopang.

Pada kesempatan ini juga HM. Suhaili FT mengajak masyarakat Aik Bual bersyukur atas nikmat Allah SWT dengan keberadaan Embung Bual yang masih menyediakan sumber mata air untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, pemanfaatan untuk irigasi pertanian dan kesadaran masyarakat Aik Bual untuk tetap menjaga kelestarian alam disekitar dengan tidak menebang pohon dan tidak merusak hutan sehingga setiap tahun bisa memelihara ikan di Embung Bual, dan setiap tahun dapat mengadakan event  Bekerase  karena air  masih tetap tersedia. Semoga dengan kegiatan seperti ini yang dilaksanakan pada setiap tahunnya  akan semakin mempererat tali persaudaraan dan ukhuwah masyarakat di Aik Bual dan sekitarnya, dan pada kesempatan hari ini mari kita bersuka-ria Bekerase untuk menagkap ikan secara bersama-sama.  Bupati Lombok Tengah HM. Suhaili FT menegaskan bahwa: “Embung Bual adalah suatu tempat yang unik dengan memiliki kekhasan tersendiri, disamping Desa Aik Bual yang merupakan Desa Baru dengan potensi sumberdaya hutan yang baik, potensi Hutan Kemasyarakatan (HKm) 100 ha  telah diberikan Izin Usaha Pemanfaatan HKm (IUPHKm) yang akan diserah-terimakan hari ini oleh Gubernur NTB diwakili oleh Asisten II Bidang Prekonomian dan Pembangunan. Dengan perkembangan yang  terjadi selama ini maka Desa Aik Bual adalah salah satu Desa terdepan di Kabupaten Lombok Tengah”. Terkait HKm beliau berpesan kepada petani hutan untuk memanfaatkan  hasil hutan seperti bambu, air enau atau aren, dan jenis tanaman buah-buahan (HHBK) asalkan jangan menebang pohon yang sudah ada, jangan merusak hutan dengan alasan apapun, sebab kerugian akan berdampak kepada masyarakat dan makhluk hidup yang hidup di dalam kawasan hutan. Bupati Lombok Tengah menceritakan bahwa beberapa hari yang lalu bagaimana keprihatinan dan kekecewaan Gubernur NTB menyaksikan sekian banyak pohon yang sudah ditebang  karena illegal loging oleh orang-orang yang  tidak bertanggung jawab yang  terjadi di salah satu kawasan hutan di Kabupaten Lombok Tengah. Sebelum mengakhiri sambutannya Bupati Lombok Tengah akan mengupayakan dan menginstruksikan secara langsung kepada Kepala Dinas Perikanan Lombok Tengah untuk menyediakan 100.000 ekor bibit ikan dari 4 lokasi BBI (BBI Aik Bukak, BBI Jonggat, BBI Gerunung, dan BBI Pemepek) masing-masing 25.000 ekor bibit ikan dari ke-4 lokasi BBI tersebut  yang  nantinya bibit ikan akan di lepas di Embung Bual setelah Even Bekerase ini.

Sambutan Gubernur NTB diwakili oleh Asisten Bidang Prekonomian dan Pembangunan, Bapak L. Gita Aryadi menyampaikan  salam hangat dan permintaan maaf dari Gubernur NTB DR. KH. Zainul Majdi, MA, karena tidak bisa hadir ditengah-tengah masyarakat Desa Aik Bual untuk mengikuti even Bekerase karena ada tugas ke Jakarta. Dalam kesempatan ini HL. Gita Aryadi menegaskan betapa pentingnya memelihara lingkungan  agar air tetap lestari sehingga  Event Bekerase menjadi Event Berkelanjutan. Sebagai apresiasi L. Gita Aryadi terhadap  event Bekerase ini, beliau akan menambah bibit ikan yang dilepas nanti sebanyak 10.000 ekor  bibit ikan dengan catatan masyarakat harus menjaga kelestariannya dan jangan ada lagi pengambilan ikan secara potas, setrum, dan lain sebagainya yang bersifat merusak. Lebih lanjut beliau berharap event Bekerase pada tahun-tahun selanjutnya akan menarik minat wisatawan nusantara dan mancanegara untuk menyaksikan Bekerase sebagai wisata budaya  bermuatan kearifan lokal.

Event  Bekerase secara resmi dibuka oleh Asisten II Bidang Prekonomian dan Pembangunan, pemukulan Gong  diserahkan kepada  TGH. Hasanain Djuaini karena menurut Bupati Lombok Tengah HM. Suhaili FT, bahwa; “sangat jarang seorang  Tuan Guru memukul Gong”, kelakar beliau disambut tawa oleh para undangan yang hadir. Pemukulan Gong  bertanda Event Bekerase pun dilakukan sebagai tanda dimulainya kegiatan Bekerase dan masyarakat dengan sorak gembira penuh suka ria mulai turun ke Embung untuk menangkap ikan secara beramai-ramai dengan membawa alat “sorok” atau alat sederhana  jaring penangkap ikan. Pada kesempatan ini juga dirangkai dengan penyerah-terimaan dokumen IUPHKm kepada Saparudin selaku  Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH)  Aik Bual oleh Asisten II Bidang Prekonomian dan Pembangunan mewakili Gubernur NTB, Penandatanganan pembentukan Komunitas Peduli Wisata (KOMPAST) Desa Aik Bual oleh Bupati Lombok Tengah, penyerahan secara simbolik bibit pohon oleh DR. R. Agus Budi Santoso, S.Hut,. M.Sc. selaku Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR)  kepada Zulkurnain selaku Kepala Desa Aik Bual, Penyerahan cinderamata berupa lukisan wajah Bupati Lombok Tengah dan Gubernur NTB yang dilukis oleh Pemuda Desa Aik Bual, Dul Hayyi yang merupakan salah satu anggota Komunitas Seniman NTB. (*)

Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Aik Bual dan Kepala Desa Aik Bual Sebagai Narasumber di Workshop sehari ; “Kegiatan Rehabilitasi Lahan Berbasis Rio Konvensi”



Workshop sehari dengan tema “Kegiatan Rehabilitasi Lahan Berbasis  Rio Konvensi” pada tanggal 29 Maret 2017 di Aula Kantor BPDAS-HL Provinsi NTB dengan menghadirkan para narasumber dari CCCD ,Dirjen PEPDAS, Kepala Desa Aik Bual, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Aik Bual, Lembaga GAIADB, dan Universitas Mataram. Workshop dihadiri dari berbagai intansi  terkait unsur Pemprov NTB. Kegiatan Workshop dibuka oleh Dirjen PEPDAS.
Kepala Desa Aik Bual Kecamatan Kopang-Lombok Tengah (Zulkurnain) dalam pemaparkan  presentasi: “Peran Serta Pemerintah Desa dalam mendukung implementasi REDD+ skema Plan Vivo di Kawasan Hutan Aik Bual”; menjelaskan  tahapan proses dan dukungan pemerintah Desa dalam pelaksanaan inisiasi implementasi REDD+ Skema Plan Vivo yang dimulai kebijakan desa, layanan administrasi untuk kebutuhan proses perizinan pengelolaan kawasan hutan (HKm) Aik Bual, patroli dan monitoring kawasan hutan bersama KTH Aik Bual. Disamping itu juga telah menerbitkan Peraturan Desa (Perdes) Nomor 05 Tahun 2014 tentang Keanekaragaman Hayati. Lebih lanjut Pemerintah Desa sebagai penerima manfaat dari dana imbal jasa lingkungan di Aik Bual sebesar 15% juga memiliki kewajiban dalam pelestarian kawasan hutan dengan melakukan upaya patroli dan monitoring, pengadaan bibit untuk petani hutan, dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. 


Ketua Kelompok Tani Hutan /KTH Aik Bual (Saparudin) dalam penyampaian presentasi berikutnya tentang;  “Pengelolaan HKm Aik Bual dengan Program REDD+ Skema Plan Vivo” menjelaskan informasi profil HKm Aik Bual, aktivitas kelompok dalam pengelolaan HKm dalam implementasi REDD+ Skema Plan Vivo yang dimulai dari proses;  FPIC, proses FGD penyusunan rencana kelola, Pengukuran/pemetaan partisipatif, Pembibitan kelompok, distribusi dan penanaman bibit, pemeliharaan di lahan HKm, Monitoring / MRV, penandatanganan kotrak PES (payment ecosystem services), mekanisme pembagian  penerima manfaat dana PES, dan Indikator Pembayaran dana PES. Upaya yang telah dilakukan oleh FFI-IP bersama masyarakat petani hutan Aik Bual adalah program yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat pinggir kawasan saat ini, dilakukan secara partisipatif  dan menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi masyarakat disekitar hutan Aik Bual dalam upaya melestarikan hutan, tutur Saparudin.

Lombok Project Manager GAIA-DB (Budhy Setiawan) dalam presentasi  selanjutnya memaparkan materi presentasi; “Inisiasi Parapihak (FFI, CFES, BATBP, GAIA-DB)  dalam Implementasi REDD+ di Lahan HKm berbasis Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML) di Pulau Lombok”. Sebelum penyampaian materi presentasi, peserta diputarkan Film Dokumenter Suksestory Implementasi REDD+ Skema Plan Vivo pada 3 Lokasi (Durian Rambun-Jambi, Manjau-Kalimantan Tengah, Aik Bual-Lombok) di  Indonesia . Selanjutnya menyampaikan  informasi proses inisiasi yang dilakukan yang dimulai dari;Inisiasi program, Implemetasi kegiatan, aktivitas di lapangan, kolaborasi parapihak, progress capaian, tantangan program, dan output yang telah dihasilkan. Aktivitas fasilitasi yang dilakukan dengan  kolaborasi parapihak; Pemerintah Daerah Lombok Tengah, NGO, Swasta, dan Perguruan Tinggi, sehingga pada akhirnya Proyek Watersheed (DAS Renggung)  yang telah diinisiasi telah memperolaeh penghargaan Green Apple Award tahun 2014 kategori Best Practises Kolaborasi Parapihak.

Universitas Mataram (DR. Markum) menyampaikan materi presentasi; “Peran Perguruan Tinggi dalam Fasilitasi dan Praktek Pengelolaan  Perhutanan Sosial di Kabupaten Lombok Tengah”. Informasi yang  dipaparkan  terkait aktivitas dan peran  Perguruan Tinggi (Universitas Mataram) dalam inisisasi dan pembelajaran praktek pengelolaan Perhutanan sosial yang dilakukan di 5 Desa di Kecamatan Batukliang Utara dan Kecamatan Kopang , yakni; Desa Karang Sidemen, Lantan, Aik Berik, Setiling dan Aik Bual. Informasi yang disampaikan diantaranya database cadangan karbon di kawasan HKm, potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), sumberdaya sosial, ekoswisata, inisiasi jasa lingkungan dan tantangan dalam praktek pengembangan Perhutanan Sosial.

Sesi diskusi dari materi presentasi  para narasumber  dilakukan dengan proses intraktif di akhir workshop, beberapa informasi, gagasan/masukan dan pertanyaan dari peserta workshop akan menjadi rumusan yang akan disusun oleh CCCD dan PEPDAS dalam inisiasi program kedepannya dibeberapa wilayah di Indonesia.

Rencana Tindak Lanjut dari workshop ini adalah:Agenda  Pelaksanaan Event Hari Degradasi Lahan Nasional yang akan dipusatkan di Embung Bual Desa Aik Bual Kecamatan Kopang-Lombok Tengah yang akan diagendakan pada awal Bulan Mei 2017. Hari Penanggulangan Degradasi Lahan Nasional jatuh pada tanggal 17 Juni pada setiap tahunnya.
 

Friday, April 21, 2017

KOMITMEN BERSAMA REHABILITASI EKOSISTEM LAHAN HKm DI BATUKLIANG UTARA DAN HKm AIK BUAL



KOMITMEN BERSAMA REHABILITASI EKOSISTEM LAHAN HKm 
DI BATUKLIANG UTARA  DAN HKm AIK BUAL
 
Penandatanganan Lembar Serah Terima Bibit MPTs dan Bibit Kayu  antara Lembaga Gaia-dB dengan Ketua KTH Aik Bual, Lombok Tengah


Bentuk komitmen bersama untuk merehabilitasi ekosistem kawasan hutan di HKm Batukliang Utara  dan HKm Aik Bual antara Lembaga Gaia-dB dengan Kelompok Tani Hutan HKm di 5 Desa yakni; Desa Aik Bual, Setiling, Aik Berik, Lantan, Karang Sidemen. Dengan penandatanganan lembar serah terima bibit oleh Direktur Lembaga Gaia-dB Bapak Iis Sabahudin dengan  Ketua kelompok tani HKm di 5 Desa lokasi kegiatan Lembaga Gaia-dB di Kabupaten Lombok Tengah. 

Distribusi bibit MPTs (Multiple Purpose Tree Species) dan bibit kayu yang  telah ditanam oleh petani penggarap lahan HKm seluas 500 hektar yang tersebar  di 5 Desa lokasi HKm Lombok Tengah. Total jumlah bibit MPTs  dan bibit kayu yang telah didistribusikan mencapai 56.250 batang bibit yang  terdiri dari jenis bibit; Durian Kane, Manggis, Duku, Alpukat, Sirsak, Sawo, keluih, rajumas, beringin, Garu, dan Kruing.

Penentuan jenis bibit MPTs dan bibit kayu di masing-masing Desa lokasi HKm adalah kesepakatan bersama dengan masyarakat  petani penggarap melalui Focus Group Discussion (FGD) yang  telah dilakukan diawal kegiatan. Jumlah KK penerima manfaat rehabilitasi lahan ini sekitar  1000 KK (sekitar 25% adalah KK Perempuan petani pengelola HKm). Harapan kedepan adalah melalui kegiatan rehabilitasi lahan di 5 Desa lokasi HKm ini akan menjadi contoh model pengelolaan hutan berbasis lestari dan terjadinya mekanisme  pembayaran  ekosistem jasa lingkungan (Payment Ecosystem Servises) seperti yang sudah terjadi di 100 ha HKm Aik Bual melalui skema Plan Vivo.

Lembaga Gaia-dB sejak awal telah membangun komitmen bersama dengan parapihak yang terlibat untuk melakukan upaya  rehabilitasi lahan di HKm Batukliang Utara dan HKm Aik Bual melalui proyek kemakmuran hijau MCA-Indonesia  dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa melalui rehabilitasi ekosistem hulu DAS di Gunung Rinjani dengan agroforestri berkelanjutan dan rendah emisi karbon.